07 April 2011

Tentang Kami












Masa Yang Pergi Tak Akan Pernah Bisa Terganti


Masa bergulir bersama puing-puing waktu

Merembes antara cahaya kini dan masa silam

Tinggal kita terkaku menatap jejak-jejak kaki yang sudah jauh meninggalkan

Kenangan demi kenangan yang utuh mendewasakan

Kita semakin matang oleh usia dan kedewasaan.

Masihkah kalian ingat rumah buruk kita itu

Berdinding bambu beratap langit menceritakan kegetiran

Rumah yang kita bangun dengan kasih sayang dan kecintaan

Dari serambi yang hampir sujud ke bumi

Kita meneropong sebatang jalan tua melihat manusia lalu-lalang

Dan kekadang kita tertangkap tikaman penghinaan yang di lemparkan.


Atau kekadang dari jendela yang menghadap ke laman

Kita biar ia mendada terbuka luas menangkap angin panas

Sesekali burung-burung sesat mematikan lamun panjang

Dan kita berlari mengejar makhluk Tuhan yang cantik itu

Dan papa akan marah-marah kerana rumah kita condong dan bergoyang.


Masihkah kalian ingat dapur kayu kita yang berjelaga itu

Dapur kayu yang menghidupkan kita dari manusia kepada manusia sebenar

Di ruang itu aroma pucuk ubi kayu bukan suatu yang asing

Aroma kopi tenom yang mama pangang dan giling sendiri dengan kasihnya

Dan saat santap penuh redha bapa akan mengetuai bacaan doa.


Lalu masihkah kalian ingat apa yang kita perbuat selepas santap

Kita akan buru-buru duduk di keliling dua orang insan istimewa

Pada mereka kita tumpahkan kasih dan manja

Dan mereka akan mengulang cerita-cerita seperti semalam

Tentang cerita zaman perang yang ditempuh mereka

Tentang cerita hikayat raja miskin di buang di dinding angin

Ayam raja jawatan atau hikayat si anak-anak

Dan kita bersorak riang bertepuk tangan

Al-Fatihah buat Aki dan Odu kita yang telah pergi selamanya.


Sebatang sungai tenang yang mengalir dingin di belakang rumah

Di tepiannya tumbuh sepohon limau gajah dan jambu air berwarna merah

Di situlah tempat kita bersiram

Sambil menangkap anak-anak ikan yang berenang riang

Dan sampai suatu musim kita beramai-ramai mengharung sungai itu

Dengan tangguk dan jala mencari hadiah dari Tuhan

Buat santapan istimewa pabila malam menjelang.














Dan aku tidak akan lupa bercerita tentang permatang dan sawah

Yang kian tahun menghidupkan kita dari keringat dan jerih payah

Kita selusuri permatang panjang

Kekadang ulat gonggok menyapa bertanya kabar si petani muda

Dan berudu kecil comel bermain di antara jemari tak pernah kita rasa geli.

Aduhai alangkah pahitnya zaman itu

Alangkah peritnya menghayun tenggala

Dalam terik mentari kita gagahi juga menanam benih-benih hari esok

Kerana saat itu perjuangan kita baru sahaja bermula.

Aduhai kalian, masihkah teringat di kepala juga di minda

Pondok usang kita di tepian sawah yang papa bina tempat melepas lelah

Dari serambinya

Kita selalu menerobong petak bendang jiran yang menyubur harapan

Dan kita bandingkan dengan yang menjadi milik kita

Selalu kita tersenyum puas menanam keyakinan.


Dan saat satu-satu antara kita pergi meninggalkan kampung halaman

Mengejar cita-cita demi sebuah pembaharuan dan keberanian untuk hidup

Mereka tidak pernah meyakini kemampuan kita

Tetapi yakin itu tertanam dalam jiwa para pencari kejayaan

Yang tidak kenal putus asa tetap tegar melangkah

Meski zaman persekolahan di tempuh pahit

Kita telah menjadi kita yang selalu melangkah yakin dan berani.


Aduhai kalian

Waktu semalam yang menyakitkan itu

Tak akan pernah bisa terbeli dan terganti

Ia adalah kenangan yang akan kita seret menuju sebuah keabadian

Dan aku ingin menjadi si tukang pencerita

Yang akan selalu berhikayat tentang kisah kita

Aku ingin selalu berpesan-pesan

Agar kalian mengingati untuk sampai ke tahap sekarang

Kita telah melalui cerancang-cerancang tajam dan sembilu yang menyakitkan

Jesteru jika ada pun luka yang kita tempuhi diperjalanan sematang ini

Kembalilah mengingati ujian itu bukan apa-apa berbanding semalam.


Kalian

Kelmarin yang terhadiah itu sebenarnya adalah anugerah

Yang memanusiakan kita

Dan aku berbahagia menikmati detik itu bersama perajurit-perajurit berani

Hadir kalian tidak akan pernah bisa terganti

Meski Tangan Tuhan bakal memisahkan kita antara duniawi dan ukhrawi

Siapa pun yang pergi dan ditinggalkan

Semoga detik itu bisa kita lalui

Dan sesungguhnya yang tertinggal adalah kenangan sezaman.

Kalian ....... Aku Selalu Dan Terlalu Sayang.

No comments:

Post a Comment