14 October 2010

Cintaku Tertinggal Di Pedalaman


Dari sisi jendela yang ku biar mendada menangkap gerimis senja
Dan berarak sepotong awan duka yang pingin bercerita
Tentang rintik-rintik hujan yang ligat berdansa
Bunyi telapak kaki si pejalan kaki
Yang mengheret kantung puisinya untuk di sebar kepada alam
Dengarkan cerita cintaku yang tertinggal di pedalaman.

Dan cahaya sang rembulan pun bersilang di sebalik pepohonan
Berdesir bayu berpuput rindu menikam setangkai kalbu
Mengapa tidak jika cinta itu bertamu di taman larangan
Salam terhulur yang mana mungkin bisa di sambut
Kerana jemari ini terikat sebentuk cincin bersulam permata
Dan inai di jari masih lagi memerah.

Lalu ketika gugurnya daun-daun kering di atas asfal berturap
Puisi cinta ini semakin sedih menceritakan dukanya
Sosok terang dalam kegelapan yang melambai meminta ia datang
Meluru laju dalam pelukan
Suara manja di bungkus madah yang meminta bahagian dari cinta
Lirik mata yang sesekali sesal dan kesal terlewat mampir
Airmata pun mengalir menceritakan kepiluan.

Sebelum malam,
Betapa pun diri ini terpikat oleh sosok terang dalam kegelapan
Yang mengindahkan pancaindera dan rekuh rasa
Meski mungkin pernah ada terdetik nyali rindu kerana aku manusia biasa
Mana mungkin aku meminta penyatuan dari Tuhan
Kerana ia sekadar insan yang diciptakan sesempurna mungkin
sebagai perantara sebuah kemelut ujian.

Sesudah malam,
Aku kembali berpesan-pesan lewat puisi
Hati mungkin bisa jatuh cinta tapi bukan bermaksud harus memiliki
Justeru, ku tinggalkan cintaku yang terbenih ini di pedalaman
Biar dibungkus embun lalu bergumpal menjadi sepotong awan terbang
dan gugur menjadi rintik hujan yang berdansa riang.